Selasa, 04 Januari 2011

AYRA

oleh Sofia Asyura pada 22 Desember 2010 jam 22:33
"Ayra...hari hampir malam,masuklah" Sudah tiga kali ia mendengar suara itu menyuruhnya masuk. tapi sedikitpun tak digubrisnya. Matanya masih menatap pelangi yang hampir hilang ditelan kegelapan malam. Tapi matanya pun bukan sungguh-sungguh menatap pelangi.Tatapannya kosong kedepan.Apakah pelangi,apakah warna hitam yang menjadi sinyal malam,apakah ada obyek yang lain.....hanya dialah yang tahu,hanya dialah yang merasakan.
Semenjak ia pindah di kota kecil itu ia jarang berbicara.Ia lebih banyak diam. Dan kebiasaan lamanya yaitu selalu menatap senja masih tidak berubah. Ia tahan berjam-jam  duduk di depan rumahnya hanya untuk melihat matahari tenggelam.
"Ada apa lagi sayang?" Suara lembut seorang perempuan terdengar di sampingnya. Ia menoleh kearah suara itu dan tersenyum.Ia merasa sudah memberikan senyuman yang semanis-manisnya kepada sahabatnya itu,tetapi bagi Rachma itu adalah tatapan kepedihan.Di mata Ayra ada kabut kedukaan yang sulit hilang. Dengan tak berkata lagi dirangkulnya gadis itu dengan lembut. Ia diam,Ayra diam...yang terdengar hanyalah desahan nafas yang halus dan penuh kesedihan.
"As...aku ingin ke bukit itu besok. maukah engkau membawaku kesana?" Suaranya seperti memohon. Rachma mengecup keningnya dengan lembut dan menjawab:"Untukmu tidak ada kata tidak sayangku" Ayra tersenyum dan menjawab:"Thanks dear"
" Oke,karena aku sudah memenuhi permintaanmu sekarang engkau harus memenuhi permintaanku...setuju?"
"Apa itu dear?" "Mari kita masuk ,sebentar lagi tiba waktu sholat Maghrib"
Ayra tersenyum dan bangkit dari tempat duduknya.Susah payah ia bangun,itu pun ditolong Rachma baru bisa ia berdiri.
"Aku khawatir dengan keadaan mu Ay. Kulihat kau semakin lemah. Mungkin vitamin yang kubelikan tidak kau makan" Kata Rachma dengan nada cemas. Ayra hanya tersenyum. Memang ia tak pernah memakan vitamin yang dibelikan Ravhma. Dalam hati ia bertanya...apakah Rachma lupa kalau ia tidak suka minum obat ataupun sejenisnya?
Kini keduanya sudah berada di atas sajadahnya masing-masing. Seperti biasa mereka sholat berjama'ah. Dan Rachma menjadi imamnya. saat berdo'a terasa sekali suasana yang begitu syahdu. Dengan lirih Rachma membaca do'a dan Ayra mengamininya. 
Tapi kini bukan do'a Rachma yang di dengarnya...tetapi suara yang datang dari jauh ....suara yang sangat dirindukannya...dan tak bosan-bosannya berkata..." Suatu saat aku ingin kita sholat bersama...engkau di belakangku dan aku menjadi imammu..." Matanya kian kabur dan isak tangis itu datang tanpa bisa ditahan. ...Tuhan...tolonglah hamba-Mu....tolonglah ya Allah...aku tak tahan lagi.....tolonglah aku untuk melupakannya.......
Do'a yang diucapkannya berubah menjadi isak tangis yang tertahan. Rachma berbalik kebelakang dan memeluknya dengan penuh kasih. ia tak berusaha untuk membujuknya,dibiarkannya Ayra melepaskan tangisnya. "Sayang...Istighfar...pls istighfar....mohon ampun pada-Nya...disaat berdo'a pikiranmu melayang kelain"
"Astaghfirullahal adhim....Ya Allah ampunilah hamba-Mu" Ia berdo'a dengan pelan.
Ayra.....sebuah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Nama yang unik,kata kawan sekolahnya dulu.Seperti biasa Ayra hanya tersenyum menanggapi perkataan temannya.Ayra yang murah senyum,Ayra yang lembut dan halus tutur katanya,Ayra yang tak pernah membalas perkataan pahit temannya karena iri kepadanya.
Tapi Ayra yang disebutkan tadi sudah lama hilang. yang ada kini adalah Ayra yang lesu,yang lelah,yang muram,yang tidak lagi bercahaya. Satu persatu temannya pergi meninggalkan dirinya. Siapa yang suka berteman dengan orang yang lemah tidak bersemangat,yang tidak suka dengan kerlapkerlip  kehidupan malam.,yang tidak bisa dibawa dugem....
Hanya Rachma yang setia,yang sabar,dan penuh kedewasaan tidak pernah meninggalkan  dirinya. Ia selalu ada setiap Ayra memerlukan dirinya. Seperti saat ini ketika Ayra memutuskan untuk pindah di desa kelahirannya. Rachma dengan setia menemani.
Sore itu di perbukitan....sore yang indah.Pelangi itu datang lagi...dan baru inilah Rachma melihat Ayra tersenyum sangat manis.Ia kelihatan sangat cantik dengan kerudung putihnya. Ia menoleh kesampingnya dan berkata..." Rachma....aku ingin sendiri...bolehkan?" Rachma tersenyum dan berkata.." Aku akan menjauh disebelah sana. Kulihat pemandangannya sangat indah"
Sepeninggal Rachma ia mengambil tempat duduk di bawah pohon yang hampir dekat dengan lereng bukit. Ia duduk melepaskan pandangannya ke rumah-rumah penduduk desa dibawah kaki bukit itu.Angin bertiup sepoi-sepoi. Mata Ayra terasa berat. Dan......antara tidur dan jaga....ia mendengar langkah kaki di belakangnya... Satu suara yang tak asing lagi di telinganya terdengar...."Ayra my dear....!" ia menoleh.....dan...ya Tuhan....akhirnya engkau datang juga...."
Seorang lelaki putih ,tinggi dan tampan berada di hadapannya. Ayra menghambur kearahnya dan berada didalam pelukannya. "Begitu lama aku menunggumu Sam....dan mengapa baru ini engkau datang.."
Sam hanya tersenyum, ia kelihatan sangat lelah seperti telah menempuh perjalanan jauh. "Aku ingin membawamu pergi sayang..."katanya dengan bahasa Indonesia yang patah-patah. Ayra tersenyum...dan baru inilah ia tersenyum murni dari hatinya. Ia tahu dulu Sam pernah belajar bahasa Indonesia dengan nya. Dan ia belajar bahasa dari negeri Sam. Kedengarannya sangat lucu.Itu yang membuat Ayra tersenyum.
"Kemana Sam?" Saat itu keduanya sedang duduk berdampingan dipinggir bukit.
"Tanganmu dingin Sam...?" Sam hanya tersenyum.
"Sam ...kau tahu setiap waktu aku merindukanmu. Aku sakit Sam...aku mengira kita tidak akan bertemu lagi"Ayra berbisik lirih. "Karena itu aku datang my dear. Disana aku selalu mendengar tangisanmu,aku mendengar panggilanmu,selalu menyebut namaku...dan...aku juga sangat mencintaimu sayangku...." "Kapan aku menangis..."Ayra mencoba mengajuk. Sam tersenyum sedih dan menjawab..."Waktu itu aku berada dalam mobilku  baru pulang kuliah. Aku mendengar engkau memanggilku tepat di belakangku.Aku mengira engkau ada di negeriku.Waktu itu salju turun.Sekilas hatiku berpikir kau akan kubawa bermain di atas salju yang putih dan lembut" "So...?" Ayra bertanya lagi dengan manja...Lalu...lalu...ah mengapa kepalaku sakit...." Sam memegang kepalanya. Ayra tersentak dan setengah berteriak...." Sam...kepalamu berdarah.....!"
Sam merangkul kekasihnya dan berkata..."My dear...waktuku tidak lama.bersiaplah kita akan melayang menempuh kabut. kita akan pergi sayang...jauh ditempat yang hanya kita berdua saja berada.Tidak ada lagi yang melarang cinta kita berdua,tidak orangtuaku,tidak adat dan budaya, tidak ada semua itu...yang ada hanya kita...hanya kita..kau mau sayang?" Ayra mengangguk bahagia. Betapa ia sangat bahagia satu-satunya keinginannya berkumpul dengan kekasihnya telah menjadi nyata.
Pelukan Sam begitu hangat,penuh perlindungan. Ayra merasakan kedamaian yang indah,yang manis. Angin yang bertiup lembut semakin membuat Ayra menyusup dalam pelukan Sam yang kekar dan penuh kecintaan. "Pejamkan matamu sayang...kita berangkat..." "Tapi aku belum memberitahu Rachma" Nanti ia juga akan tahu...kita pergi...
Ayra merasa berada di awan,ia merasa ringan....ia merasakan kedamaian.Matanya terpejam,bibirnya tersenyum...manis...sangat manis...dan........
Hanya kerudung itu yang tertinggal. Rachma bagai di hipnotis memegang kerudung putih milik Ayra. Tadi ia merasa ada bisikan di telinganya..."Ayra akan kubawa" Karena itulah ia datang terburu-buru untuk melihat siapa yang akan membawa Ayra.......Tapi terlambat.....hanya kerudungnya yang ditemui.......dan jauh.....di bawah bukit yang terjal itu sesosok mayat telah ditemui...mayat yang sangat cantik sekali..sangat manis sekali....dan masih dalam keadaan tersenyum. rambutnya yang hitam tergerai indah.......
Dan kemana Sam? Ternyata Sam telah pergi lebih dulu disaat ia berada dalam mobilnya,dan mendengar panggilan Ayra....Saat menoleh kebelakang...mobilnya menabrak tembok yang tidak kelihatan karena tebalnya salju.
Dan sore itu ia datang menembus jarak dan waktu,melintasi samudra....melayang tinggi di awan....hanya untuk menjemput kekasihnya.....
 ·  · Bagikan · Hapus


1 komentar:

  1. sayang...kita adalah dua manusia yang tidak dihadirkan oleh masa lalu dan waktu kini,dan tidak pula dipersatukan oleh masa depan.
    merupakan lagu yang hening dan sunyi,dan hany terdengar dalam kesepian malam,melambungkan kita keseberang wilayah hari,keseberang wilayah malam,keseberang waktu,keseberang kebakaan

    BalasHapus